Wednesday, October 22, 2008

Mencetak Pelajar Menjadi Reporter

“Menyenangkan bisa berbagi ilmu kepada pelajar,” kata M. Solihin, pendiri Studi Jurnalistik Pelajar.

Pernyataan Solihin merupakan salah satu dasar awal dibentuknya Studi Jurnalistik Pelajar (SJP). Semenjak berdirinya SJP, komunitas belajar ini telah memberikan pelatihan-pelatihan jurnalistik secara gratis kepada siswa-siswa di berbagai sekolah.

“Pendidikan dasar jurnalistik dan foto jurnalistik ini kami berikan secara gratis terutama untuk sekolah-sekolah marjinal,” lanjut Solihin.

SJP yang didirikan bersama seorang rekannya, Rere, ini tidak memungut biaya bagi sekolah-sekolah yang tidak memiliki dana lebih untuk mendapatkan pendidikan ekstrakurikuler jurnalistik serta mengundang praktisi media cetak.
“Kami pernah diundang untuk mengisi Ramadan jurnalistik di salah satu sekolah Sekolah tersebut rencananya akan ditutup oleh Dinas Pendidikan dan akan digabung dengan sekolah lain,” cerita Solihin.

“Tapi, kepala sekolahnya sangat gigih mempertahankan sekolah dan nasib murid-muridnya. Saat kami mengajar di sana, kami haru dan sangat senang bisa memberikan ilmu yang kami miliki kepada siswa-siswanya,” lanjut pria yang aktif sebagai dosen fotografi di salah satu perguruan tinggi di Surabaya.

Terbentuknya SJP merupakan keinginan pendiri sekaligus tutor SJP untuk menyalurkan hobi dan memberikan ilmunya kepada para pelajar SMP, SMA sederajat. Solihin memberikan seputar foto jurnalistik, sementara Rere memberikan materi tentang jurnalistik media cetak.

Pembelajaran jurnalistik diberikan secara bertahap. Mulai dari tingkat dasar sampai pada tingkat lanjutan. Pembekalan berupa materi diberikan pada awal pertemuan dan kemudian dikombinasi dengan praktek di lapangan.

“Kami tidak hanya memberikan pelatihan kepada para pelajar, kami juga memberikan pelatihan jurnalistik dan fotografi kepada berbagai kalangan,” ujar Solihin.

Termasuk pula, lanjut Solihin, memberikan pendampingan bagi sekolah-sekolah yang memiliki ekstrakurikuler yang berkaitan dengan jurnalistik seperti majalah dinding, dan majalah sekolah.

“Untuk kegiatan pendidikan sosial ini khusus untuk sekolah yang kurang mampu aja,” jelas Solihin.

Rere yang diwawancara secara terpisah menguraikan bahwa dalam kegiatan sosial yang berkaitan dengan pendidikan jurnalistik untuk sekolah-sekolah marjinal, SJP berharap ada kerjasama dengan pihak-pihak yang peduli pendidikan.

“Kami berharap ada perusahaan yang menggunakan dana CSR (Corporate Social Responsibility) untuk membantu kegiatan pendidikan ini,” ujar Rere yang aktif didunia jurnalistik sejak duduk dibangku pertama SMA.


Membantu Sekolah dan Siswa

SJP terbentuk pada tahun 2007 saat Rere dan Solihin menjadi aktivis Dewan Pendidikan Kota Surabaya (DPKS). Dari organisasi pemerintah yang bergerak dibidang pendidikan ini kemudian mencetuskan ide.

“Banyak yang kami pelajari ketika kami di DPKS, kami melihat persoalan-persoalan yang muncul di sekolah-sekolah. Termasuk masalah dana yang kadang membuat sekolah-sekolah kesulitan untuk maju,” ujar Rere.

Lantaran Solihin dan Rere pernah menimba ilmu dan nyambi bekerja di Surabaya Post saat masih berseragam putih abu-abu, mereka berdua ingin melakukan hal yang sama bagi pelajar remaja yang berminat pada ilmu jurnalistik media cetak dan untuk membantu sekolah-sekolah.

SJP mewadahi tulisan dan foto para pelajar yang ingin sharing bersama di webblog www.agenda-sjp.blogspot.com. “Jika ada kesempatan, kenapa tidak dipergunakan. Berlatih dan terus berlatih untuk menulis,” singkat Rere. (soh)



Tabloid Delta Post, Edisi 96, Bulan September - Oktober 2008

Saturday, January 26, 2008

PKM Koalisi Perempuan Indonesia

Perjuangankan Peran Perempuan Dalam Perubahan Sosial

“Perempuan sebagai korban pemerkosaan atau pelecehan bisa mendapatkan kekerasan untuk kedua kalinya, yaitu kekerasan dalam penulisan dan pemberitaan di media massa,” ujar Rere Nia saat menjadi narasumber pada Pelatihan Kader Menengah (PKM) Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Wilayah Jawa Timur.

Materi “Propaganda Isu Perempuan Dengan Media dan Jurnalistik Gender” menjadi materi penutup dalam rangkaian pelatihan selama seminggu (9-16/12), di Balai Pelatihan Kesehatan Surabaya.
“Seorang wartawan hidup dalam 2 dunia yang berbeda, karena ia harus bekerja pada media sebagai institusi bisnis dan institusi sosial. Industri media saat ini yang kapitalis bisa membuat wartawannya untuk bekerja pada institusi yang berorientasi bisnis dan bukan pada institusi sosial yang berorintasi pada kepentingan masyarakat,” lanjut founder Studi Jurnalistik Pelajar ini.
Setiap uraian-uraian yang disampaikan Rere menjadi pemicu berbagai pertanyaan peserta. Peserta menjadi sangat tertarik ketika diskusi masuk dalam materi menjalin networking dengan media dan pembuatan pers rilis.
Dalam tiap tahapan pelatihan, dihadirkan pula pembicara lain seperti Endah Triwijati feminis Jatim/ Direktur LSM Savy Amira Surabaya yang menyampaikan Strategi Promosi Hak Asasi Perempuan dan Penanganannya, Ning Sutiah Direktur Lembaga Pengembangan Keswadayaan Pedesaan Jawa Timur pemateri Analisis Sosial Berperspektif Gender, Erma Susanti Koordinator Samitra Abaya Kelompok Perempuan Pro Demokrasi / SA KPPD pemateri Gender Budget, serta seorang peneliti Mufidach Ch yang melakukan diskusi kepeminpinan perempuan perspektif agama.
Kegiatan yang dihadiri peserta dari kota/kabupaten di Jawa Timur dan berhasil lulus seleksi oleh Fasilitator KPI Nasional di Jakarta mendapatkan apresiasi dan antusias peserta. Peserta tidak hanya diberi materi dan berdiskusi, tapi juga melakukan aktivitas kegiatan yang lebih mengutamakan pembedahan teori yang melatarbelakangi materi-materi pada pelatihan. Selain pembedahan secara komprehensif, peserta juga diajak melakukan aktivitas secara langsung melalui aplikasi.
“Peserta sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Selama kegiatan ini berlangsung, peserta mengikuti tahapan-tahapan materi PKM yang telah disepakati akan digunakan oleh seluruh KPI di 15 propinsi di Indonesia,” ujar Octo Eko, Divisi Database, Infodok dan Pengabdian Masyarakat.
Tema kegiatan “Peran Perempuan Dalam Perubahan Sosial” ini memiliki target pendidikan untuk peningkatan skill manajemen organisasi, kemampuan memimpin organisasi, advokasi, pengetahuan nilai perjuangan berlandaskan feminisme serta peningkatan rasa empati kepada sesama perempuan dan kaum tertindas.
Kegiatan PKM serupa akan dilaksanakan lagi pada akhir tahun 2008 atau awal 2009.
“Tergantung kebutuhan dan kesiapan calon peserta, mengingat proses seleksinya sangat ketat dan proses pembelajarannya cukup sistematis,” ujar Octo.
PKM dilaksanakan secara periodik, sekali dalam setahun. Selama 9 bulan peserta akan dipantau sebelum dinyatakan lulus atau gagal. Red/SJP

Tuesday, September 25, 2007

Kali Ini SMA Islam Jiwa Nala



Pondok Ramadan Jurnalistik

Menghabiskan waktu di bulan Ramadan, SMA Islam Jiwa Nala Surabaya mengelar kegiatan pondok Ramadan jurnalistik, Kamis (20/9). Dalam kegiatan tersebut, Studi Jurnalistik Pelajar (SJP) didaulat untuk mengisi materi jurnalistik. Materi yang diberikan adalah “Mengenal Dasar Jurnalistik Pada Media Cetak” yang disampaikan oleh Rere Nia dan “Mengenal dan Belajar Fotografi” oleh Mohammad Solihin.
Meski dalam suasana puasa, antusias peserta tidak ikut loyo. Secara bergantian, Rere Nia dan Solihin memberikan materi selama 6 jam. Peserta juga diajak untuk melakukan praktek menulis berita. Red/SJP

Friday, August 31, 2007

Workshop Media Sekolah SMP-SMA Se-Priangan Timur

Redaksi SJP diundang menjadi pembicara dalam bentuk telekonference dengan materi "Trend Media Sekolah di Jawa Timur" dalam Pelatihan Ketrampilan Jurnalistik dan Karya Tulis Ilmiah Siswa (Workshop Media Sekolah) SMP-SMA Se-Priangan Timur, Sabtu-Minggu (1-2/9) mendatang.

Acara yang digelar Ekskul KIR dan Jurnalistik OSIS SMA Al-Muttaqin, Tasikmalaya, Jawa Barat ini mengundang 100 sekolah dari ekskul jurnalistik atau KIR OSIS SMP/MTs di Kota Tasikmalaya, Kabupaten Tasik, Kota Banjar dan Kabupaten Ciamis. Dalam workshop ini peserta akan diberikan materi diantaranya teknik penulisan berita, teknik wawancara dan memburu berita, teknik penggalian ide, desain artistik media, dan investigasi. Sementara pemateri terdiri dari praktisi jurnalistik televisi, radio, dan media cetak.

Semoga sukses......!!!